Selasa, 14 Juni 2011

PEMBINAAN PROFESI GURU


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembinaan profesi guru merupakan persoalan kompleks yang akhir-akhir ini tidak pernah henti-hentinya didiskusikan, terutama dalam kaitannya dengan sertifikasi guru. Diantara program-program pembinaan profesi secara terstruktur yang dapat mendorong terjadinya peningkatan profesionalisme guru adalah pre-service, in-service, dan on-service teacher training program.
Semakin banyak model pembelajaran yang diamati melalui program terstruktur ini, semakin baik pula para guru memahami potensi yang terkandung dalam berbagai model pembelajaran beserta implementasinya di dalam kelas. Dalam kegiatan on-service lesson study ini dapat meningkatkan profesionalisme guru.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pembinaan profesi guru?
2. Bagaimana upaya peningkatan profesi guru?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembinaan Profesi Guru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pembinaan adalah proses, perbuatan, cara membina, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara budaya guna dan berhsil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Menurut Kartadinatap profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Makagiansar mengatakan profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Nasanius, Y. mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas kemashlahatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.
Galbreath mengatakan bahwa profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembinaan profesi guru adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik guna memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
2.2. Upaya Peningkatan Profesi Guru
Profesionalisasi berhubungan dengan profil guru, walaupun protet guru yang ideal memang sulit didapat namun kita boleh menerka profilnya. Guru idaman merupakan produk dari keseimbangan antara penguasaan aspek keguruan dan disiplinilmu (dalam Mimbar Pendidikan IKIP Bandung, No. 3/ September 1987:87).
Keduanya tidak perlu fipertentangkn melainkan bagaimana guru tertempa kepribadiannya dan terasah aspek penguasaan materinya. Kepribadian guru yang utuh dan berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab profesional sekaligus menjadi inti kekutan professional dan kesiapan untuk selalu mengembangkan diri. Tugas guru adalah potensi peserta didik dan mengajarnya supaya belajar. Guru memberikan peluang agar potensi itu ditemukan dan dikembangkan. Kejelian itulah yang merupakan ciri kepribadian profesional.
Sehubungan hal di atas, maka upaya peningkatan profesi guru sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
1) Ketersediaan dan Mutu Calon Guru
Secara jujur kita akui pada masa lalu (dan masa kini) profesi guru kurang memberikan rasa bangga diri. Bahkan ada guru yang malu disebut sebagai guru. Rasa inferior terhadap potensi lain masih melekat di hati banyak guru.
Kurangnya rasa bangga itu akan mempengaruhi motivasi kerja dan citra masyarakat terhadap profesi guru. Banyak guru yang secara sadar atau tidak sadar mempromosikan keminderannya kepada masyarakat.
Seorang guru harus memiliki keyakinan dengan sepenuh hati dalam menjalankan tugasnya. Mutu seorang guru juga harus diperhatikan agar nantinya menghasilkan generasi yang membanggakan.
2) Pendidikn pra- Jabatan
Pendidikan pra jabatan bertujuan:
a. untuk meyakinkan kemampuan profesional awal. Saringan calon peserta pendidikan pra jabatan perlu dilakukan secara efektif, baik dari segi kemampuan potensial, aspek-aspek kepribadian yang relevan, maupun motivasinya.
b. Pendidikan pra-jabatan harus benar-benar secara sistematis menyiapkan calon guru untuk menguasai kemampuan profesional.
3) Mekanisme Pembinaan dalam Jabatan
Ada tiga upaya dalam penyelenggaran pelbagai aspek dan tahap penanganan pembinaan dalam jabatan profesional guru. Ketiga upaya itu adalah sebagai berikut:
a. mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu dikembangkan.
b. Sistem penilikan di jenjang SD dan juga sistem kepengawasan di jenjang SLTA yang berlaku sekarang jelas memerlukan penyesuaian-penyesuaian mendasar.
c. Keterbukaan informasi dan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal yang lebih tinggi, katakanlah S1, S2 dan bahkan S3.
4) Peranan Organisasi Profesi
Pengawasan mutu layanan suatu biang profesional dilakukan oleh kelompok ahli yang dipandu oleh nilai-nilai profesi yang sejati, yaitu pengabdian keahlian bagi kemaslahatan orang banyak. Penanganan yang tepat terhadap semua aspek dan tahap sistem pengadaan guru, yaitu perekrutan, pendidikan pra-jabatan, pengangkatan-pengangkatan dan pembinaan dalam jabatan .
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a) Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pembinaan adalah proses, perbuatan, cara membina, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara budaya guna dan berhsil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Makagiansar mengatakan profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu
b) Upaya peningkatan profesi guru sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat faktor, yaitu:
o Ketersediaan dan Mutu Calon Guru
o Pendidikn pra- Jabatan
o Mekanisme Pembinaan dalam Jabatan
o Peranan Organisasi Profesi
3.2 Saran
Dari pemaparan diatas, kita ketahui bahwa pembinaan profesi guru sangatlah penting karena guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Baik buruknya perilaku dan cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perlu diadakan pembinaan profesi guru.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, syafruddin. 2005. Guru Proffesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: QUANTUM TEACHING.
Alma, buchari. 2009. Guru Proffesional. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, oemar. 2009. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jumat, 10 Juni 2011

“PERKEMBANGAN FISIK dan INTELEKTUAL ORANG DEWASA”


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Masa dewasa merupakan akhir dari tahapan perkembangan manusia yang ditandai dengan tercapainya kematangan yang sempurna pada pertumbuhan dan perkembangan aspek phisik dan psikologis. Secara phisik kematangan atau kedewasaan tercapai setelah seseorang mencapai batas maksimal pertumbuhan sehingga hampir tidak ada lagi pertumbuhan dalam pengertian tidak ada lagi pertambahan ukuran tinggi badan, perubahan phisik yang sering muncul pada masa dewasa bukan lagi pertumbuhan ke atas tetapi lebih banyak perubahan menyamping, karena mulai menurunnya metabolisme tubuh dan kekuatan otot. Sedang kematangan dalam arti psikologis yang menggambarkan adanya kedewasaan sangatlah sulit untuk dapat didiskripsikan secara visual, namun secara umum dapat ditengarai dengan adanya berbagai ciri yaitu:
a.       Berorientasi pada tugas, bukan pada diri/ego.
b.      Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien.
c.       Mengendalikan perasaaan pribadi.
d.      Mampu bertindak objektif.
e.       Menerima kritik dan saran.
f.       Bertanggung jawab terhadap peerilaku dan usaha pribadi.
g.      Penyesuaian yang realistis pada stuasi baru.

1.2              Tujuan
Mengetahui ciri fisik dan perkembangan intelektual pada masa dewasa (dewasa awal, madya dan dewasa lanjut).

1.3              Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Ciri-ciri fisik orang dewasa?
b.      Bagaimana Perkembangan intelektual orang dewasa?
c.       Bagaimana Tahapan dan Faktor – faktor yang mempengaruhi intelektual?

BAB II
PEMBAHASAN
Pertumbuhan fisik merupakan pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak masih dalam kandungan hingga ia dewasa. Proses perubahannya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horisontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan fisik setelah lahir merupakan kelanjutan dari pertumbuhannya sebelum lahir. Proses tersebut melibatkan pertambahan berat, pertambahan panjang, dan pertambahan ketebalan tubuh, yang berlangsung hingga dewasa.
Terdapat dua hukum pertumbuhan fisik yang berlaku umum dan menyeluruh, yaitu hukum chepalocaudal dan hukum proksimodistal. Menurut hukum chepalocaudal, pertumbuhan dimulai dari arah kepala menuju ke kaki. Bagian kepala tumbuh lebih dahulu daripada daerah-daerah lain. Kematangan pertumbuhan juga berlangsung lebih dahulu di bagian kepala, kemudian berlanjut ke bagian-bagian lain dari tubuh.
Menurut hukum proximodistal, pertumbuhan berpusat dari daerah sumbu (proximo) ke arah tepi (distal).
Pertumbuhan fisik meliputi 3 fase, yaitu pertumbuhan fisik pada balita, remaja dan dewasa. Pertumbuhan fisik balita mempunyai ciri pertambahan berat badan yang menurun, hal ini dikarenakan balita menggunakan banyak energi untuk bergerak. Pertumbuhan fisik pada remaja meliputi percepatan pertumbuhan, proses pematangan seksual, dan keanekaragaman perubahan proporsi tubuh. Sedangkan pada masa dewasa pertumbuhan fisik lebih kepada pertumbuhan yang menyamping daripada pertumbuhan ke atas.

2.1 Tahapan Perkembangan Intelektual
            Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berfikir, dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. 
Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek seseorang antara lain :
1.      Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif.
2.      Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Adapun tipe-tipe intelektual adalah:
1.      Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
2.      Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
3.      Fleksibilitas visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan dan keterampilan tangan)
4.      Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelektual
2.2.1    Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20).
2.2.2    Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
2.2.3    Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan organik otak.
2.2.4    Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
2.2.5   Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.

2.2.6   Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
2.2.7   Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang individu, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.

2.3  Masa Dewasa Dini
2.3.1    Ciri Fisik Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola—pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
a.       Diawal masa usia dewasa dini (18-24), perubahan fisik sangat terlihat pada pertumbuhan tinggi badan, dikarenakan pada masa ini merupakan peralihan dari masa remaja ke masa dewasa sehingga proses pertumbuhan tulang masih terjadi.
b.      Dipertengahan masa usia dewasa dini (25-32), pertumbuhan tinggi badan tidak terjadi lagi, namun pada saat ini otot-otot bekerja secara maksimal diseluruh anggota tubuh, tubuh relatif kuat, kulit kencang, bugar, bertenaga.
c.       Diakhir masa dewasa dini (33-40) berbagai perubahan struktur tubuh mulai terlihat terutama di organ kulit seperti kulit sudah mulai kusam, muncul kerutan, otot sedikit mengendur. Tapi hal ini bisa dikurangi dengan berolah raga secara teratur.
2.3.2    Perkembangan Intelektual Masa Dewasa Dini
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.
a.       Shifting gears.Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts rea­soning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.
b.      Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent think­ing). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking)pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
c.       Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya bersikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecah­kan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solu­tion, do this. If you want the quickest solution, do that”.
d.      Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut. Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugi­kan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”
Ciri-ciri Intelektual Dewasa Dini
1.      Keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
2.      Bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan).
3.      Telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
4.      Mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatifya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
5.      Ditandai dengan sikap atau prilaku yang dapat membedakan sesuatu yang baik dengan yang salah.
6.      Dapat menempatkan diri pada suatu situasi dan kondisi.
7.      Menempatkan pengalaman sebagai pelajaran.


2.4  Masa Dewasa Madya
2.4.1    Ciri Fisik Dewasa Madya
Masa dewasa madya merupakan masa yang panjang dalam menjalani kehidupan dewasa yakni berlangsung sejak usia 40-60 tahun. Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 60 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan.Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan.Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.
Berikut contoh perubahan fisik yang terjadi :
a.       Berat badan bertambah
Selama usia madya lemak megumpul terutama sekitar perut dan paha.
b.      Berkurangnya rambut dan beruban
Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang, menipis dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala. Rambut di hidung,telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku,sedangkan rambut pada wajah tumbbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita semakin tipis dan rambut di atas bibir atas dan dagu bertambah banyak. Baik rambut pria maupun rambut wanita mulai memutih menjelang usia lima puluh tahunan,dan beberapa orang sudah berubah sebelum usia madya.
c.       Perubahan pada kulit
Kulit pada wajah,leher,lengan dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit di bagian bawah mata mmenggembung seperti kantung,dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas. Warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk..
d.      Tubuh menjadi gemuk
Bahu sering kali membentuk bulat dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek.
e.       Perubahan otot
Umumnya otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu,pada lengan bagian atas dan perut.
f.       Masalah persendian
Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian,tungkai dan lengan, yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali ditemukan pada orang-orang muda.
g.      Perubahan pada gigi
Gigi menjadi kuning dan harus lebih sering diganti,sebagian atau seluruhnya dengan gigi palsu.
h.      Perubahan pada mata
Mata kelihatan kurang bersinar daripada ketika mereka masih muda,dan cenderung mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata.

2.4.2        Ciri-ciri masa dewasa madya :
1.      Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.
2.      Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
3.      Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
4.      Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan.Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide.Khususnya di kalangan pria.
5.      Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa.Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya.Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
6.      Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
7.      Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
8.      Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.


9.      Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
10.  Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar ausia 40 akhir.Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan.Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka.Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
2.4.3        Perkembangan Intelektual Masa Dewasa Madya :
·         Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
·         Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
·         Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
·         Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
·         Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.

2.5      Masa Dewasa Lanjut
2.5.1.      Ciri-ciri Fisik Masa Dewasa Lanjut
Masa dewasa lanjut merupakan tahap akhir dari perkembangn manusia. Pada umumnya para ahli memakai patokanusia kronologis sebagai dasarnya. Ada pendapat yang mengatkan bahwa lanjut usia dibatasi usia 60 tahun (Hurlock,1991), di Indonesia usia lanjut dimulai pada usia 55 tahun (Utami,1993), WHO memberikan batasan 65 tahun.
Daerah kepala
a.       Hidung menjulur lemas
b.      Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena harus memakai gigi palsu
c.       Mata kelihatan pudar,takbercahaya dan sering mengeluarkan cairan
d.      Dagu berlipat dua atau tiga
e.       Pipi berkerut,longgar dan bergelombang
f.       Kulit berkerut dan kering,berbintik hitam,banyak tahi lalat atau di tumbuhi kutil.
g.      Rambut menipis,berubah menjadi putih atau abau-abu, dan kaku. Tumbuh rambut halus dalam hidung,telinga dan pada alis.
Daerah tubuh
a.       Bahu membungkuk dan tampak mengecil
b.      Perut membesar dan membuncit
c.       Pinggul tampak mengendor dan tampak lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya
d.      Garis pinggang melebar,menjadikan badan tampak seperti terisap
e.       Payudara bagi wanita menjadi kendur dan melorot


Daerah persendian
a.       Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat,sedangkan ujung tangan tampak mengkerut
b.      Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol,terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki
c.       Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol
d.      Kaki membesar karena otot-otot mengendor,timbul benjola-benjolan, ibu jari kaki membengkak dan bisa meradang serta sering timbul kelosis
e.       Kuku tangan dan kaki menebal,mengeras dan mengapur.

2.5.2        Perkembangan intelektual Masa Dewasa Lanjut
1.      Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan.
2.      Kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
3.      Masih mampu dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
4.      Menurunnya kemampuan untuk berfikir abstrak.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa dewasa merupakan akhir dari tahapan perkembangan manusia yang ditandai dengan tercapainya kematangan yang sempurna pada pertumbuhan dan perkembangan aspek phisik dan psikologis. Secara phisik kematangan atau kedewasaan tercapai setelah seseorang mencapai batas maksimal pertumbuhan sehingga hampir tidak ada lagi pertumbuhan dalam pengertian tidak ada lagi pertambahan ukuran tinggi badan, perubahan phisik yang sering muncul pada masa dewasa bukan lagi pertumbuhan ke atas tetapi lebih banyak perubahan menyamping, karena mulai menurunnya metabolisme tubuh dan kekuatan otot.
Tahap perkembangan intelektual Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berfikir, dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.
 Menurut Mappiare (1982), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek seseorang antara lain :
Ø  Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu berpikir reflekstif.
Ø  Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Adapun tipe-tipe intelektual adalah:
Ø  Inteligensi kristaladalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti kegiatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
Ø  Fleksibilitas kognitifadalah kemampuan individu me­masuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Ø  Fleksibilitas visuamotoradalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan, pengamatan dan keterampilan tangan)
Ø  Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.